Jumat, 25 November 2011

perkembangan lembaga pendidikan islam


BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG

Masa berkembang pesatnya kebudayaan Islam, ditandai dengan berkembang luasnya lembaga – lembaga pendidikan Islam dan madrasah – madrasah formal serta universitas – universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga – lembaga pendidikan, sekolah – sekolah dan universitas – universitas tersebut nampak sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola budaya kaum muslimin. Berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan berbagai macam aspek budaya kaum muslimin. Jika masa sebelumnya, pendidikan hanya sebagai jawaban terhadap tantangan dari pola budaya yang telah berkembang dari bangsa – bangsa baru yang memeluk agama Islam, akan tetapi sekarang harus merupakan jawaban terhadap tantangan perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam sendiri yang tumbuh sangat pesat. Kebudayaan Islam telah berkembang demikian cepatnya sehingga menjadi unggul dan bahkan menjadi puncak kebudayaan umat manusia pada zaman itu. Kebudayaan Islam pada masa ini, bukan saja mendatangkan kesejahteraan bagi kaum muslimin, tetapi juga mendatangkan kesejahteraan bagi umat manusia pada umumnya, mendatangkan rahmatan lil’aalamin.
Dalam perkembangan kebudayaan Islam, nampak adanya dua factor yang saling mempengaruhi, yaitu faktor intern atau pembawaan dari ajaran Islam itu sendiri, dan faktor ekstern, yaitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar.





BAB II
PEMBAHASAN
  1. Perkembanngan Lembaga Pendidikan Islam
Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga–lembaga pendidikan Islam yang bersifat non formal.
Lembaga–lembaga ini berkembang terus dan bahkan bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bentuk – bentuk lembaga pendidikan non formal yang semakin luas. Diantara lembaga – lembaga pendidikan Islam yang bercorak non formal tersebut adalah :
1.      Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
Kuttab atau maktab, berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Jadi katab adalah tempat belajar menulis. Diantara penduduk Mekkah yang mula – mula belajar menulis huruf arab adalah sufyan Ibnu Umayyah Ibnu Abdu Syams, dan Abu Qais Ibnu Abdi Manaf Ibnu zuhroh Ibnu Kilat. Keduanya mempelajarinya di negeri Hirah. [1]
Lembaga ini di pandang sebagai media utama untuk mengajarkan membaca dan menulis al qur’an kepada anak-anak di masa Rasulullah saw hingga masa pemerintahan khulafaur rasyidin.  Kuttab ada dua bentuk :
a.       Kuttab yang berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada membaca dan menulis.
b.      Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan al qur’an dan dasar keagamaan.
Sejak abad ke 8 M, kuttab mulai mengjarkan pengetahuan umum. Bahakan dalam perkembangannya kuttab dibedakan menjadi dua yaitu : kuttab yang mengajarkan pengetahuan non agama (seculer learning)  dan kuttab yang mengajarkan ilmu agama (religious learning).[2]
2.      Pendidikan rendah di istana
Timbulnya pendidikan rendah di isatana untuk anak-anak para pejabat adalah berdasarkan pemikiran bahwa pedidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas-tuganya kelak setelah ia dewasa. Olek karena itu mereka memanggil guru-guru khusus pada anak-anak mereka.
Pendidikan di istana berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab pada umumnya. Istana, orang tua yang membuat rencana pembelajaran agar selaras dengan anaknya dan tujuan yang dihendaki orang tua tercapai. Guru yang mengajar di istana disebut mu’addib, karena berfungsi mendidik budi pengerti dan mewariskan kecerdasan, pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu kepada anak pejabat.
3.      Toko-toko kitab
Pada permulaan daulat Abbasiah, di mana ilmu pengetahuan dan kebuadayaan islam sudah tumbuh dan berkembang yang diikuti oleh penulisan kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan maka berdirilah took-toko kitab. Saudagar-saudagar buku itu bukanlah semata-semata mencari keuntungan akan tetapi kebanyakan mereka sastrawan-sastrawan yang telah memilih usaha sebagai pedagang kitab agar mereka dapat kesempatan yang baik untuk membaca, menelaah dan bergaul dengan para ulama dan para pujangga.
4.      Rumah-rumah para ulama
Walaupun sebenarnya rumah bukanlah tempat yang baik untuk memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan islam banyak juga rumah para ulama di jadikan tempat belajar dan perkembangan ilmu pengetahuan di antaranya : Rumah Ibnu Sina, Al Gazali, Ali Ibnu Muhammad Fasihi, Ya’kub Ibnu Killis, Wazir khalifah Al Aziz dan lain-lain.
5.      Majelis atau salon kesusastraan
Majlis maksudnya adalah suatu majelis khusus yang diadakan khalifah untuk membahas macam-macan ilmu pengetahuan. Majelis ini bermula sejak khalifah Al Rasyidin. Pada Harun Alrasid (170-193 hijriyah) majlis sastra ini mengalami kemajuan yang luar bisaa karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu pengetahuan dan juga mempunyai kecerdasan sehingga khalifah aktif didalamnya.
6.      Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badwi).
Di badiah-badiah tempat tinggal orang-orang arab dipadang mereka, tetap memperthankan keaslian, kemurnian bahasa arab. oleh karena itu khalifah mengirim anak-anaknya ke badiah-badiah untuk mempelajari bahasa arab yang fasih lagi murni dan syair-syair dari sumbernya yang asli.
7.      Rumah Sakit.
Rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan. Mereka mengadakan berbagai penelitian dan percobaan dalam bidang kedokteran dan obat-obatan sehingga berkembang dalam kedokteran dan farmasi. Dengan demikian rumah sakit dalam dunia islam juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan.
8.      Perpustakaan
Perpustakaan-perpustakaan pada masa jayanya dunia islam menjadi aspek budaya yang penting dan sekaligus sebagai tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan adapun macam-macam perpustakaan dimasa kejayaan pendidikan islam yaitu :
a)    Perpustakaan yang paling terkenal di Bagdad
Selama kepemimpinan Al Makmur (tahun 813-833) adalah Bayt-Al Hikmal didirikan oleh khalifah Harun Alrasyid. Perpustakaan ini berisi ilmu-ilmu agama islam dan bahasa arab dan ilmu umum yang terjemahkan dari bahasa yunani, Persia, India, qibty dan arami .
b)   Perpustakaan di marv, Persia timur. Al Maqrizi menyebutkan perpustakaan yang didirikan  disamping madrasah Al-Fadhiliyah mempunyai buku sejumlah 100.000 buah.
c)     Perpustakaan Al Haidariyah di Najaf (irak) di sebelah makam Ali Bin Abi Thalib
d)   Perpustakaan madrasah Nizamiyah Bagdad. menurut Salabi perpustakaan dimadrasah ini memuat 6000 judul.
e)    Perpustakaan Darul Hikmah di Kairo didirikan oleh Al Hakim Amrillah Al Fathimy tahun 395 H. Para pendukungnya yang kaya menyediakan tinta, kertas, meja-meja, dan ruang belajar bagi para ilmuan dan pelajar.[3]
9.      Masjid
Semenjak berdirinya di zaman Nabi Muhammad masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muslimin, masjid menjadi tempat musyawarah, mengadili perkara, menyampaikan penerangan agama, dan tempat menyelenggarakan pendidikan. Tidaklah heran jika masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat islam. Karena masyarakat islam tidak akan secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem aqidah dan tatanan islam. Hal ini tidak dapat ditumbuhkan kecuali melalui semangat masjid.[4]
10.  Ribath (Khaniqah)
Ialah kamp, tempat tentara yang dibangun di perbatasan negeri untuk mempertahankan negara dari serangan musuh. Ribath yang terbesar adalah di sebelah utara negeri Syam (Syiria) dan utara Afriqiah (Tunisia). Ribath digunakan sebagai tempat tinggal orang-orang sufi dan tempat penginapan alim ulama dan pelajar yang datang dari luar negeri untuk belajar hadits, ilmu agama, dan bahasa Arab.

  1. Sistem Pendidikan Di Sekolah-Sekolah
Diantara faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah di luar masjid adalah bahwa:
1.             Khalaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan. Yang didalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan yang ramai, sering satu sama lain saling mengganggu, di samping mengganggu, orang-orang yang beribadah dalam masjid. Keadaan demikian mendorong untuk dipindahkannya khalaqah-khalaqoh tersebut keluar lingkaran masjid dan didirikan bangunan-bangunan sebagai ruang-ruang kuliah atau kelas-kelas tersendiri.dengan demikian kegiatan pengajaran dari khalaqoh-khalaqoh tidak saling mengganggu satu sama lain.
2.             Dengan berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun umum maka diperlukan semakin banyak khalaqah khalaqah (lingkaran pengajaran ), yang tidak mungkin keseluruhan tertampung dalam ruang masjid.
Di samping itu terdapat faktor-faktor lainnya, yang mendorong bagi para penguasa dan pemegang pemerintahan pada masa itu untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai bangunan yang terpisah dari masjid antara lain:
a.    Pada masa Turki mulai berpengaruh dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, dan untuk memprtahankan kedudukan mereka dan pemerintahan, mereka berusaha menarik hati kaum muslimin pada umumnya dengan jalan memperhatikan pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum.
b.      Mereka mendirikan sekolah-sekolah diberbagai tempat dan dilengkapi dengan segala sarana dan fasilitas yang diperlukan. Mereka mendirikannya disamping dengan harapan untuk mendapatkan simpati dari umumnya dan juga berharap mendapat ampunan pahala dari Tuhan.
Di samping itu, didirikannya madrasah-madrasah tersebut ada hubungannya dengan usaha untuk mempertahankan dan mengembangakan aliran keagamaan dari para pembesar Negara yang bersangkutan. Dalam mendirikan sekolah ini, mereka mempersyaratkan harus diajarkan aliran agama tertentu, dan dengan demikian aliran keagamaan tersebut akan berkembangan dalam masyarakat.
Mahmud Yunus, secara garis besar menggambarkan pokok-pokok rencana pelajaran pada berbagai tingkatan pendidikan tersebut sebagai berikut :
1)      Rencana pelajaran kuttab
a)      Membaca al qur’an dan menghafalkannya
b)      Pokok-pokok agam islam
c)      Menulis
d)     Kisah orang-orang besar islam
e)      Membaca dan menghafal syair
f)       Berhitung
g)      Pokok-pokok nahwu shorof
Lama belajar pada tingkat kuttab ini tidaklah sama, karena tergantung kepada kemampuan dan kecerdasan anak.
2)      Rencana pelajaran tingkat menengah
Pada umumnya rencana pelajaran tersebut meliputi mata pelajaran yang bersifat umum, sebagai berikut :
a)      Al qur’an
b)      Bahasa arab dan kesustraannya
c)      Fiqh
d)     Tafsir
e)      Hadits
f)       Nahwu, shorof, balaghah
g)      Ilmu-ilmu pasti
h)      Mantiq
i)        Ilmu falak
j)        Tarih
k)      Ilmu alam
l)        Kedokteran
m)    Music
3)      Rencan pelajaran pada pendidikan tinggi
a.       Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa serta sastra arab, yang juga disebut dengan ilu naqliyah, yang meliputi :
1)      Tafsir al qur’an
2)      Hadits
3)      Fiqh dan ushul fiqh
4)      Nahwu/shorof
5)      Balaghah
6)      Bahasa arab dan kesustraannya
b.      Jurusan ilmu-ilmu umum, yang meliputi ilmu aqliyah meliputi :
1)      Mantiq
2)      Ilmu alam dan kimia
3)      Music
4)      Ilmu pasti
5)      Ilmu ukur
6)      Ilmu falak
7)      Ilmu ilahiyyah
8)      Ilmu hewan
9)      Ilmu tumbuhan
10)  Kedokteran [5]
  1. Puncak Kemajuan Ilmu Dan Kebudayaan Islam
Sebagai mana telah dikemukakan bahwa tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayan islam adalah sebagai akibat dari berpadunya unsur-unsur pembawaan ajaran islam dengan unsur-unsur yang berasal dari luar. Dalam bidang filsafat ketuhanan atau teologi, perkembangan ilmu kalam dengan berbagai macam pola pikiran, timbullah pula berbagai macam aliran dalam ilmu kalam yang mempunyai pola pemikiran yang bersifat memedukan pola fikir rasional sebagai mana yang tampak pada aliran matu radio. Disamping aliran teologi biasa mempunyai corak khusus sebagaimana yang dikembangkan oleh golongan syi’ah. Semua aliran fikiran tersebut selalu berusaha untuk saling berebut dan mendapatkan dukungan dari pemeritah dan filsafat ilmiah yang berasal dari luar islam mendapatkan tempat dalam dunia islam.

Henri Marginon dan David telah mendaftarkan cabang ilmu pengetahuan yeng telah dikembangkan sebagai hasil perkembangan fikiran yang ilmiah dikalangan kaum muslimin pada masa jayanya. Yang kemudian berangsur-angsur berpindah kedunia barat adalah sebagai berikut ;
a)      Dalam bidang matematika,telah dikembangkan oleh para sarjana muslim berbagai macam ilmu pengetahuan,seperti teori ilmu bilangan, aljabar, geometrid dan trigonometri.
b)      Dalam bidang fisika, mereka telah berhasil mengembangkan ilmu mekanik dan optika.
c)      Dalam bidang kimia, telah berkembangnya ilmu kimia
d)     Dalam bidang astronomi, kaum muslimin telah memiliki ilmu mekanika benda-benda langit.
e)      Dalam bidang goelogi, para ahli pengetahuan muslim telah mengembangkan geodisi, mineralogy dan meteorology.
f)       Dalam bidang biologi, mereka telah memiliki ilmu psikologi, anatomi, betani, embriologi dan patologi.
g)      Dalam bidang sosial, telah berkembangnya ilmu politik.[6]
Dalam bidang kebudayaan pada umumnya Islam telah mempersembahkan kepada dunia, suatu tingkat budaya tinggi yang menjadi mercusuar budaya umat manusia bebrapa abad sesudahnya. Dalam bidang arsitektur sangat mennjol bangunan-bangunan masjid dan istana-istana yang indah. Dalalm seni ukiran dan sulaman, Nampak dalam bentuk keindahan ukiran kayu dan marmar yang digunakan dalam berbagai bangunan masjid dan istana-istana, dalam bentuk permadani serta barang-barang tenunan yang indah yang terkenal pada masa itu. Seni music dan seni lukis, apalagi seni sastranya, dunia islam dihiasi dengan serba keindahan yang mempesona dunia pada masanya.[7]
Demikianlah singkatnya dunia islam pada masa jayanya yang dihiasi dengan berbagai unsur-unsur kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang beraneka ragam dapat diibaratkan sebagi taman yang indah penuh dengan berbagai macam tanaman dan dengan berbagai macam buah dan isi didalamnya.








BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan perkembangan lembaga lembaga pendidikan Islam non formal diantaranya; kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah para ulama, majelis atau salon kesusastraan, badiah(padang pasir,dusun tempat tinggal badwi), rumah sakit, perpustakaan, masjid, dan ribath.
Diantara faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah Khalaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan. berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun umum maka diperlukan semakin banyak khalaqah khalaqah (lingkaran pengajaran ), yang tidak mungkin keseluruhan tertampung dalam ruang masjid.
Dalam puncak kemajuan ilmu dan budaya islam, terjadi asimilasi budaya diantara budaya islam dan budaya luar. Sehingga muncullah berbagai ilmu diantaranya :   matematika, fisika, kimia, dan masih banyak lainnya.













DAFTAR PUSTAKA

F Dr. Muhammad Said Ramadhan Al Buthy, Sirah Nabawiyah, (Jakarta : Robbani press, 1999) hal 187
F Hanusi Asroha, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : logos, 1999) hal 49
F Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara ), hal. 12
F www.aadesanjaya.blospot.com



[1] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara ), hal. 12
[2] Hanusi Asroha, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : logos, 1999) hal 49
[3] www.aadesanjaya.blospot.com
[4] Dr. Muhammad Said Ramadhan Al Buthy, Sirah Nabawiyah, (Jakarta : Robbani press, 1999) hal 187
[5] Dra. Zuhairini, dkk. Op. cit. hal 95-105
[6] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Op. Cit. hal 106-107
[7] Ibid, hal. 108

Tidak ada komentar:

Posting Komentar