MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PENGERTIAN, DASAR EVALUASI DAN
SYARAT TES YANG BAIK
Di ajukan guna memenuhi tugas Psikologi Pendidikan
Tarbiyah 4B
Dosen Pengampu :
DR. H. Mustaqim., M. Pd
Disusun Oleh :
1. Miftakhul Ulum (229081)
2. Miftahur Rohmah (Tahunan)
3. Miftahur Rohmah (Welahan)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’(INISNU)
JEPARA
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap orang saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu : evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari kata mana yang siap di ucapkannya.[1]
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan sistem evaluasi yang baik maka kualitas pembelajaran diharapkan akan meningkat. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, evaluasi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan semua ranah yang dimiliki peserta didik.
Namun, evaluasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini dirasakan belum memberikan distribusi yang cukup untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan oleh sistem evaluasi yang digunakan belum tepat atau pelaksanaan evaluasi belum seperti yang diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan inovasi terhadap sistem evaluasi pendidikan ke arah yang lebih baik, agar dapat mengukur semua kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tanpa hanya mengukur ranah kognitifnya saja.
Dengan sistem evaluasi yang baik maka akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik dengan tujuan akhir meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya, seperti yang diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan tujuan pendidikan nasional.[2]
B. Landasan Teori
Meskipun sekarang memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi pertama di kembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah di capai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
Definisi yang lebih luas di kemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.[3]
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian evaluasi pendidikan ?
2. Apa dasar-dasar evaluasi pendidikan ?
3. Apa syarat-ayarat tes yang baik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Istilah yang sering muncul dan hampir sama dalam pemakaian sehari-hari ialah pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Agar tidak terjadi kesalahan letak dan pemakaian, maka perlu penegasan arti seperti yang dikemukakan oleh Dr. Suharmini Arikunto sebagai berikut :
1. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
2. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik- buruk. Penilaian bersifat kuantitatif
3. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai.[4]
Dalam konteks pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan hasil kerja siswa, Nitko dan Brookhart (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Fokus evaluasi dalam konteks ini adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok siswa atau kelas. Konsekuensi logis dari pandangan ini, mengharuskan evaluator untuk mengetahui betul tentang tujuan yang ingin dievaluasi. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai objek evaluasi yaitu prestasi belajar, perilaku, motivasi, motivasi diri, minat, dan tanggung jawab.
Selanjutnya, Ebel (1986) berpendapat bahwa evaluasi merupakan suatu kebutuhan dimana evaluasi harus memberikan suatu keputusan tentang informasi apa saja yang dibutuhkan, bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, serta bagaimana informasi tersebut disintesiskan untuk mendukung hasil yang diharapkan.[5]
Padahan evaluasi adalah assessment yang menurut Tardid. dkk., (1989), berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang di capai seorang siswa sesuai kriteria yang telah ditetapkkan. Selain kata evaluasi dan assessment dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan. Istilah ulangan dan ulanagan umum yang dulu disebut dengan THB (Tes Hasil Belajar) dan TPB (Tes Prestasi Belajar) itu adalah alat-alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses mengajar-belajar (the teaching-learning process) atau untuk menentukan taraf keberhasilan suatu program pembelajaran/penyajian materi, dan kenaikan kelas. Sementara itu, istilah evaluasi digunakan untuk menilai hasil bealjar para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kini disebut denagn Ujian Akhir Nasional (UAN).[6] Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampikan hubungan sebab akibat diantara faktor yang memepengaruhi objek tersebut.
B. Dasar Evaluasi
Alasan/dasar evaluasi di dalam pendidikan sebenarnya banyak sekali, namun menurut Sumadi Suryabrata biasa dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni dasar psikologis, didaktis, dan administratif.
a. Dasar Psikologi
1. Ditinjau dari anak didik
Anak manusia yang belum dewasa pada umumnya belum mampu memilih ide dan melaksanakan secara lepas dari pendukung ide tersebut, mereka belum mandiri dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya, mereka belum biasa berpegangan kepada pedoman yang berasal dari dirinya, melainkan berpedoman kepada norma-norma yang berasal dari luar dirinya, yaitu orang dewasa, termasuk di dalamnya gurunya. Pendapat mengenai belajar dan hasilnya, juga pendidikan mereka dijadikan serta pedoman yang pasti, mereka juga ingin mengetahui statusnya dalam kelompok.
2. Ditinjau dari pendidik
Orang tua atau wali murid adalah orang pertama yang mempunyai kepentingan mengenai pendidikan anak-anaknya. Oleh karenanya mereka secara psikologis ingin mengetahui hasil belajar anak-anak mereka. Bagi pendidik profesional/guru yang diserahi sebagian tanggung jawab pendidikan tersebut juga secara psikologis senantiasa ingin mengetahui hal yang sama. Keberhasilan atau kegagalan akan mengakibatkan motifasi yang kuat untuk langkah berikutnya.
b. Dasar Didaktis
1. Ditinjau dari segi anak didik
Keberhasilan anak didik dalam mencapai status yag terhormat akan menimbulkan kepuasan. Kepuasan ini ingin senantiasa diperolehnya lagi dalam waktu-waktu yang lain. Akibatnya siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat. Dan sebaliknya, bila siswa mengetahui statusnya dalam kelompoknya, mereka akan berusaha agar hasil yang tidak/kurang menyenangkan tersebut tidak terulang kembali. Sehubungan dengan hal ini telah diadakan penelitian antara lain oleh Mursell sebagai berikut :
“ Mengenai soal belajar yang sederhana subjek dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama (kelompok eksperimen) diberitahukan hasil-hail pekerjaanya, sedangkan kelompok kedua (kelompok control) tidak. Hasil kelompok pertama ternyata lebih baik. Untuk mencek hal ini lalu tersebut lalu dilakukan rotasi, kelompok kedua diberitahu dan kelompok pertama tidak, ternyata hasilnya juga ikut terbalik ”.
2. Ditinjau dari segi pendidik
Hasil yang diperoleh oleh siswa akan segera memberi petunjuk terhadap guru, dalam hal-hal apa ia berhasil dan dalam hal-hal apa ia gagal. Semua itu dipakai dasar membimbing siswanya pada saat-saat berikutnya.
Dari hasil evaluasi itulah, guru akan segera mengetahui status dalam kelompoknya, kesan kesulitan yang dihadapi oleh sebagian besar anak didiknya, kelemahan metode yang dipilihnya, kesiapan siswa dan pengetahuan dasar/pengetahuan awal yang dimiliki anak dan juga mengetahui siapa saja diantara mereka yang memerlukan pembinaan dan pembinaan khusus atau perlu remedial
c. Dasar Administrtif
Untuk pemenuhan berbagai kebutuhan administrasi, maka penilaian mutlak harus dilakukan. Tanpa data dan informasi yang diperoleh dari evaluasi, maka petugas dalam lembaga pendidikan tidak mungkin dapat mengisi raport, STTB, menentukan naik kelas atau tidak sejejnisnya.[7]
C. Syarat – Syarat Test Yang Baik
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, dan syarat-syarat tes menurut Sumadi Suryabrata adalah sebagai berikut :
1) Reliabel
2) Valid
3) Objektif
4) Diskriminatif
5) Comprehensive
6) Mudah digunakan[8]
Keterangan dari masing-masing akan diberikan dengan lebih terperinci sebagai berikut :
a) Reliable
Reliabel berasal dari bahasa inggris reliable yang artinya dapat di percaya.[9] Suatu tes dikatakan reliable bila tes tersebut memilikiconsisitencif, maksudnya bila tes dierikan kepada kelompok subjek yang sama dalam dua waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama atau hamper sama.untuk menyelidiki reliabilitas suatu tes dapat di pakai bantuan statistic dengan teknik korelasi. Misalnya dengan jalan mengkorelasi skor testing pertama dengan skor testing kedua.
Adapun bila suatu tes dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes tersebut dikatakan valid.[10]
b) Valid
Valid adalah artinya sesuai dengan kenyataan. Data dapat dikatakan valid karena dapat memebrikan gambaran tentang data sesuai data secara benar dengan kenyataan atau keadaan yang sesungguhnya.
Jadi reliabilitas dan vaiditas salang keterkaitan/saling berhubungan. Karena validitas adalah ketepatan sedangkan reliabilitas adalah ketetapan.[11]
c) Objektif
Tes dikatakan objektif bila hasil tes tidak tergantung kepada pemberi score oleh orang yang berlainan dan dalam tes yang objektif, kalau hanya menggunakan interpretasi saja.[12] Objektif berarti tidak adanya unsure pribadi yang mempengaruhi. [13]
d) Diskriminatif
Tes harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecilnya.
e) Comprehensive
Tes harus comprehensive, artinya tes tersebut mencakup segala persoalan yang harus diteliti. Ia harus mampu mengungkapkemampuan siswa dari seluruh bahan yang telah informasi yang lengkap dan siswa pun tidak dapat melakukan spekulasi dalam belajar. Dalam hal ini benyamin S. Bloom dkk, mengelompokkan menjadi tiga ranah yaitu : ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.[14]
1) kognitif
Dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : hafalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) afektif
Sikap : adalah identitas kecennderungan positif atau negative terhadap suatu objek psikis tertentu (Louis thurstone)
f) Mudah digunakan
Tes itu harus mudah digunakan, tidak sulit dan tidak berbeli-belit, tidak menunutut peralatan yang banyak dan mahal, mudah pemeriksaannya dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.[15]
BAB IV
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan :
- Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-komponen sistem pembelajaran, yang mencakup bebrapa dasar evaluasi yaitu, dasar Psikologi, Dasar Didaktis, Dasar Administrtif.
- Peranan evaluasi dalam pendidikan yakni menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan, mengukur prestasi siswa, mengevaluasi kurikulum, mengakreditasi sekolah, memantau pemanfaatan dana masyarakat, memperbaiki materi dan program pendidikan. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk pengembangan dan akreditasi.
4. Tes yang baik adalah tes yang memenuhi bebrapa tes yang telah ditentukan oleh ahli – ahli dalam ilmu pendidikan, dan syarat-syarat tetrsebut harus diterapkan dalam membuat soal. Syarat-syarat tes antara lain, Reliabel, Valid, Objektif, Diskriminatif, Comprehensive, Mudah digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharmini, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta : Bumi Aksara, 2006, Cet. 6.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, Ed. Revisi, 2010.
[1] Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), hlm. 1
[3] Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, op. cit . hlm. 3
[4] Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, (2010), hlm. 194
[5]http://sarkomkar. op. cit.
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 195-196
[7] Mustaqim, op. cit., hlm. 192-196
[8] ibid, hlm. 196
[10] Mustaqim,op. cit., hlm. 197
[11] Suharmini Arikunto, op. cit., hlm 58-59
[12] Mustaqim, op. cit., hlm.198
[13] Suharmini Arikunto, op. cit., hlm. 61
[14] Mustaqim, loc. cit.
[15] ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar