BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan tidaklah semata-mata dapat menyekolahkan
anak untuk menimba ilmu pengetahuan, namun lebih luas dari itu. Anak akan
tumbuh dan berkembang dengan baik jika memperoleh pendidikan yang paripurna
(komprehensif) agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa,
negara, dan agama. Anak seperti itu adalah dalam kategori sehat dalam arti
luas, yakni sehat fisik, mental emosional, mental intelektual, mental sosial,
dan mental spiritual. Pendidikan hendaklah dilakukan sejak dini yang dapat
dilakukan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam pendidikan
haruslah meliputi tiga aspek, yakni
aspek kognitif, afektif, psikomotorik (Mansur, 2007 : 83).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan
sebelum jenjang pendidian dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan yang lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, informal. Hal ini sesuai pegertian secara yuridisial pasal 1 ayat 14
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada hakikatnya Pendidikan anak usia dini (PAUD)
ialah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.
Selanjutnya, pada pasal 28
tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa “(1) pendidikan anak usia
dini diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, (2) pendidikan anak usia dini
dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, informal (3)
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal : TK, RA, atau bentuk lain
yang sederajat, (4) pendidikan anak usia dini nonformal : KB, TPA, atau bentuk
lain yang sederajat (5) pendidikan anak usia dini jalur informal : pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, (6) ketentuan
mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah”.
Anak usia dini
adalah kelompok yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan unik.
Anak memiliki pola pertumbuhan (koordinasi motorik halus dan kasar), daya
pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi, yang tercakup dalam kecerdasan
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (IQ), sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perkembangan
kemampuan kognitif anak dapat dilihat dari apa yang mereka lakukan yang di
dorong rasa ingin tahu yang besar pada diri anak. Kognitif akan cepat
berkembang, apalagi melalui permainan yang disukai oleh anak.
Anak didik pada
usia dini masih sangat terbatas kemampuannya, pada usia ini kepribadiannya
mulai terbentuk dan ia sangat peka terhadap tindakan-tindakan orang
disekelilingnya. Perkembangan kognitif sangat diperlukan, karena perkembangan
kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga
dapat berfikir.
Kemampuan kognitif
adalah proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai
dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Yuliani, 2006:1.3). Proses
kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol,
penalaran dan pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat Piaget adalah maka
pentingnya guru mengembangkan kemampuan kognitif anak sebagai berikut :
1.
Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya
berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki
pemahaman yang utuh dan komprehensif.
2.
Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua
peristiwa dan kejadian yang pernah dialaminya.
3.
Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya
dalam rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4.
Agar anak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar
di dunia sekitarnya.
5.
Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang
terjadi secara proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah
(percobaan).
Para ahli
pendidikan melalui berbagai penelitian menemukan bahwa bermain berpengaruh pada
perkembangan anak usia dini. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dapat
menstimulasi kegiatan dan perkembangan kognitif. Menurut piaget kegiatan
bermain merupakan latihan untuk mengkonsolidasikan berbagai pengetahuan dan
keterampilan kognitif yang baru dikuasai sehingga dapat berfungsi secara
efektif.
Mansur menyebutkan
bahwa permainan anak dapat digolongkan menjadi beberapa bentuk, yakni bermain
sosial, bermain dengan benda, dan bermain sosio-dramatik. Namun belajar dengan
bermain tidaklah mudah, karena guru harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang luas sehingga guru dapat menggunakan media yang tepat dan menarik bagi
anak, sehingga anak dapat terangsang rasa ingin tahunya dan merespon apa yang
diajarkan oleh guru.
KB Pelita Hati
salah satu lembaga pendidikan yang berperan penting dalam mempersiapkan
generasi yang berkualitas. KB Pelita Hati terletak di Desa Guyangan Kecamatan
Bangsri Kabupaten Jepara. KB Pelita Hati anak didiknya terbagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B. Pengelompokan tersebut berdasarkan
jenjang usia peserta didik, usia anak didik kelompok A bervariasi mulai dari 18
bulan sampai 3 tahun dan pada kelompok B usia anak didik mulai 3 sampai 4,5
tahun.
Peneliti melakukan
pengamatan terhadap permasalahan dalam pembelajaran yang terjadi di KB Pelita
Hati Guyangan, pada kelompok A dari siswa yang berjumlah 20 anak dalam
pembelajaran berhitung awal yaitu mulai dari angka 1 sampai 10 masih terdapat
banyak yang belum hafal atau memahami secara permanen dalam melakukan
perhitungan angka 1 sampai 10. Dari 20 anak didik yang bisa menyebutkan angka
bilangan 1 sampai 10 hanya 7 anak yang dan itupun 3 diantaranya masih belum
lancar masih memerlukan bantuan guru untuk menyebutkan permulaan kata depan
dari angka. Contohnya kalau angka sembilan guru harus memberikan bantuan kata
depan sem- dan begitu pula dengan angka yang lain ketika anak didik lupa dengan
angka yang akan disebutkan.
Pembelajaran
berhitung awal 1 sampai 10 di KB Pelita Hati guru masih belum maksimal dalam
menggunakan media untuk meningkatkan kognitif anak dalam hal berhitung. Guru
masih sederhana dalam menggunakan media pembelajaran berhitung seperti
menggunakan 10 jari tangan dengan cara melipat dan membuka jari tangan 1 sampai
dengan 10 sehingga kemampuan motorik halus anak masih kurang bisa memahami cara
berhitung karena anak usia dini dalam pembelajaran haruslah ada perangsang
secara imajinatif untuk memperkuat daya ingat dalam setiap pembelajaran
terutama dalam pembelajaran berhitung.
Berdasarkan
permasalahan yang ada di KB Pelita Hati tersebut, peneliti mencoba menerapkan
metode pembelajaran imajinatif yaitu pembelajaran berhitung awal angka 1 sampai
10 menggunakan media kartu bergambar hewan. Yang nantinya disetiap kartu
terdapat jumlah hewan yang berbeda-beda mulai dari 1 sampai 10. Diharapkan
nantinya anak merespon dengan baik dan secara kognisi anak dapat menyimpan
dengan baik didalam memori otaknya karena dalam berhitung diberikan gambaran
yang menarik sehingga anak menjadi mudah belajar dan antusias.
B.
Identifikasi
Masalah
Suatu penelitian ilmiah didalamnya terdapat
identifikasi masalah yang digunakan peneliti sebagai arahan, dasar dan tendensi
atas penelitian yang akan dilakukan. Adapun identifikasi masalah yang peneliti
maksudkan berkaitan dengan judul diatas yaitu sebagai berikut :
1.
Peserta didik
kelompok A KB Pelita Hati Guyangan Bangsri Jepara belum maksimal dalam
berhitung permulaan angka 1 sampai 10.
2.
Kurangnya
motivasi dalam pembelajaran dalam berhitung permulaan angka 1-10
3.
Kurangnya kreativitas
guru dalam menggunakan media dalam pembelajran berhitung permulaan 1-10
C.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah
diatas, maka penelitian dibatasi pada kemampuan kognitif yaitu berhitung
permulaan angka 1 sampai 10 dengan media bola warna pada kelompok A KB Pelita
Hati Guyangan Bangsri Jepara.
D.
Rumusan
Masalah
Dalam penelitian
ini rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah : Bagaimana Meningkatkan
Kemampuan beritung Anak Melalui Permainan Bola Warna Pada
Kelompok A KB Pelita Hati
Guyangan Bangsri Jepara Tahun Pelajaran 2018/2019 ?
E. Rencana Pemecahan Masalah
Setiap anak mempunyai berbagai macam kemampuan yang
perlu dikembangkan, salah satunya adalah kognitif anak. Kemampuan kognitif adalah proses berfikir, yaitu
kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu
kejadian atau peristiwa. Pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu
melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga
dengan pengetahuan yang didapatkannya anak dapat dengan cepat dan tepat untuk
untuk mengatasi suatu sutuasi dan memecahkan suatu masalah.
Pengembangan
berhitung anak dilakukan melalui permainan bola warna dengan menggunakan media
bola dengan berbagai macam warna yang terdapat angka 1 sampai 10, yaitu dengan
melakukan kegiatan mulai dari menghitung bola, mengelompokkan bola sesuai
warna, mejumlah bilangan bola, membilang bola sesuai jumlah dan warna
diharapkan agar siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
F. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan sebagai berikut : Meningkatnya Kemampuan Berhitung Anak Melalui
Permainan Bola Warna Pada Kelompok A KB Pelita Hati Guyangan Bangsri Jepara
Tahun Pelajaran 2018/2019.
G.
Manfaat Penelitian
Penelitian
yang akan dilaksanakan akan diperoleh beberapa manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1.
Manfaat
Teoritis
Menjelaskan proses
pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui
pemainan bola warna pada kelompok A KB Pelita Hati Guyangan Bangsri Jepara.
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi
Sekolah
Masukan
dan dorongan untuk menerapkan metode yang sesuai dalam pembelajaran bagi guru
KB Pelita Hati Guyangan Bangsri Jepara.
b.
Bagi
Guru
Menambah
ilmu pengetahuan pada guru dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai dan
tepat pada setiap kebutuhan anak dan situasi.
c.
Bagi
Siswa
Siswa
mudah dalam menangkap pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan dapat meningkatkan kognitif anak dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar