Kamis, 28 Mei 2020

Skripsi Kognitif Anak


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.           Perkembangan Kognitif Pada AUD
1.    Karakteristik Anak Usia Dini
          Pengertian anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003). Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005).
          Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis,sosial, moral, dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalahmasa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya.
          Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu pendidikan dan pelayanan yang tepat. Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif. Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa,dibanding dengan sepanjang usianya, bahkan usia 0-8 tahun mengalami 80% perkembangan otak disbanding sesudahnya oleh karena itu perlustimulasi fisik dan mental.
          Kartono (2006: 6) mendiskripsikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
a.       Bersifat egoisantris naif
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri ke dalam kehidupan orang lain.
b.      Relasi sosial yang primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egoisantris naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri.
c.       Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan
Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun pura-pura, anak mengekspresikannya secara terbuka karena itu janganlah mengajari atau membiasakan anak untuk tidak jujur.
d.      Sikap hidup yang disiognomis
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri (Natalina, 2010).
          Dalam perkembangan anak usia dini adalah anak antara usia 0-8 tahun. Anak usia dini (0-8) tahun adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Karena itulah maka usia dinidikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berhargadibanding usia-usia selanjutnya.Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut.
a.       Usia 0-1 tahun.
Masa ketika kehidupannya tergantung sepenuhnya kepada orang lain. Sedikitdemi sedikit berkembangan kemampuan untuk memenuhi sendirikebutuhannya secara sederhana. Masa ini juga masa dimana sibayi mulai memperkembangkan kemapauannya untuk melindungi dan menghindar dari hal-hal yang mengancam keselamatan dirinya. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain:
1)   Mempelajari keterampilan motorik mulai dari berguling, merangkak,duduk, berdiri, dan berjalan
2)   Mempelajari keterampilan menggunakan panca indera, sepertimelihat, atau mengamati meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan memasukan setiap benda kemulut.
3)   Mempelajari komunikasi sosial
b.      Usia 2-3 tahun 
Anak mulai berminat untuk bermain dengan nak lain dan menggunakanbahan-bahan permainan untuk membentuk hubungan sosial dengannya. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2-3 tahun, antara lain:
1)   Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya
2)   Anak mulai menembangkan kemampuan berbahasa
3)   Anak mulai belajar mengembangkan emosi.

c.       Usia 4-5 tahun
Pada periode ini anak-anak menjadi lebih mandiri secara emosional,mengembangkan keterampilan untuk kesiapan sekolah, seperti: belajar untukmengikuti intruksi, mengenal huruf) dan menghabiskan banyak waktu denganteman sebaya. Anak usia 4-5 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1)        Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukanberbagai kegiatan
2)        Perkembangan bahasa juga semakin baik
3)        Perkembangan kognitif (daya fikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasaingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar 
4)        Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial
d.      Usia 6 tahun Akhir
Masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu matang secara seksual. Bagi sebagaian anak hal ini merupakan perubaan besar dalam pola kehidupan ana, juga pada anakyang pernah mengalami situasi pra sekaolah selama setahun. Kebanyakananak tidak seimbang, anak mengalami gangguan emosional sehingga sulit untuk hidup bersama dan bekerjasama degan teman baru. Karakteristik perkembangan anak usia 6 tahun antara lain :
1)      Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat.
2)      Perkembangan sosial, anak mulia ingin melepaskan diri dari otoritasorangtuanya
3)      Anak mulai menyukai permainan sosial
4)      Perkembangan emosi.
2.    Kemampuan Berhitung AUD
Berhitung dapat ditelaah menurut pendapat para ahli berikut. Smith mengemukakan dalam jurnal Mathematics In Early Childhood: An Investigation Of Mathematics Skills In Preschool And Kindergarten Students mengatakan bahwa―konsep menghitung dapat dikombinasikan 5 prinsip utama yang harus dipahami untuk mengembangkan keterampilan menghitung yaitu korespondensi satu satu, prinsip stabil, prinsip kardinallitas, ketidakrelevan dan prinsip abstraksi.
Gelman dan Meck, 2008 menyatakan bahwa korespondensi satu-satu berarti bahwa ketika menghitung, setiap objek memiliki satu kata nomor unik. Prinsip stabil berarti bahwa kata-kata jumlah tersebut harus tetap dalam konteks yang sama setiap dihitung. Prinsip kardinalitas yaitu mengacu pada nomor terakhir yang dihitung untuk mewakili jumlah total objek dalam satu kelompok. Prinsip ketidakrelevan bahwa berhitung dapat dilakukan dalam urutan apapun asalkan semua benda dihitung. Selanjutnya prinsip abstarksi berarti ketika menghitung, semua keempat prinsip sebelumnya harus diterapkan.
Aktivitas berhitung yang dilakukan sebagai cara agar ide abstrak bilangan dapat dimodalkan sehingga anak menjadi lebih tahu tentang angka-angka dan hal-hal yang terkait dengannya. Pendekatan dengan menggunakan materi konkret dan gambar harus secara intensif dilakukan ditingkat awal, sebelum selanjutnya anak-anak masuk ke dunia angka-angka (abstrak).
 Menurut Suyanto berhitung sangat penting dalam kehidupan. Pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka, dan operasi bilangan matematis. Secara bertahap sesuai perkembangan mentalnya anak belajar membilang, mengenal angka, dan berhitung. Anak belajar menghubungkan objek nyata dengan simbol-simbol matematis. Sebagai contoh, sebuah jeruk diberi simbol dengan angka 1 dan dua buah jeruk diberi simbol dengan angka 2. (pustakapaud.blogspot.com, 2017 : 05)
Tahapan dan Prinsip Kemampuan Berhitung Permulaan (Depdiknas 2007 :7-8) menjelaskan ada tiga tahap dalam penguasaan berhitung anak yaitu :
a.         Tahap penguasaan konsep
Dimulai dengan mengenal konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata. Pada tahap ini anak akan berekspresi untuk berhitung segala macam benda yang ada disekitarnya.
b.        Tahap transisi
Tahap ini merupakan tahap peralihan dari pemahaman benda secara kongkrit dengan ke pemahaman secara abstrak.
c.         Tahap pengenalan lambang
Setelah anak mampu memahami sesuatu secara abstrak, maka anak dpat dikenalkan pada tahap penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara menyelesaikan soal.
1)      Pengenalan Dini Kemampuan Berhitung
Pengenalan dini perlu dilakukan untuk menjaga terjadinya masalah kesulitan belajar karena belum menguasai konsep berhitung. Kesenangan anak dalam penguasaan konsep berhitung dapat dimulai dari diri sendiri ataupun ransangan dari luar seperti permainan-permainan dalam pesona matematika (permainan tebak-tebakan, kantong pintar dan mencari jejak). Ciri-ciri yang menandai bahwa anak mulai menyenangi permainan berhitung antara lain :
1. Secara spontan telah mennunjukkan ketertarikan pada aktivitas permainan berhitung
2. Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman
3. Anak mulai menghitung benda-benda yang ada disekitarnya secara spontan
4. Anak mulai membanding-bandingkan  benda-benda dan peristiwa yang ada disekitarnya
5. Anak mulai menjumlahkan atau mengurangi angka dan benda yang ada disekitarnya tanpa disengaja.
2)      Tujuan Permainan Berhitung Bagi AUD
Secara umum permainan matematika pada pendidikan anak usia dini bertujuan agar anak dapat mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung dalam suasana yang menarik, aman, nyaman dan menyenangkan, sehingga nantinya anak akan memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran matematika yang sesungguhnya di sekolah dasar.
Secara khusus permainan matematika pada anak usia dini bertujuan agar anak dapat memiliki kemampuan berikut, yaitu :
a)      Dapat berfikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar ataupun angka yang terdapat disekitar anak
b)     Dapat menyesuaiakan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung
c)      Dapat memahami konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi disekitarnya
d)     Dapat melakukan aktifitas melalui daya abstraksi, apresiasi, serta ketelitian yang tinggi
e)      Dapat berkreatifitas dan berimajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan
3)      Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif dalam Berhitung
Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif adalah sebagai berikut :
1)      Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer. Berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan, sejak faktor lingkungan tak berarti pengaruhnya.
Para ahli psikologis Loehlin, Lindzey, Spuhler berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.
2)   Faktor Lingkungan
John Locke berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa. Menurut pendapatnya perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.


3)   Kematangan
Tiap organ fisik maupun psikis dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
4)   Pembentukan
Pembentuka adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar/informal). Sehingga manusia berbuat intelijen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.
5)   Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang memiliki bakat tertentu maka akan semakin mudah dan cepat ia mempelajari hal tersebut.


6)   Kebebasan
Kebebasan, kebebasan yaitu kebebasan manusia berfikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.
3.      Tahapan Berhitung AUD
Beberapa tahapan aktivitas berhitung yang dikemukakan Fatimah (2009: 10) diantaranya: 
a.    Pengenalan jumlah 
Pada tahap ini, menghitung sejumlah benda yang telah dilakukan secara bertahap; 1 sampai 6; 6 sampai 9; 1 sampai 10; dan seterusnya, 
b.    Menghitung secara rasional 
Dalam hal ini, anak disebut memahami berhitung apabila dapat (1) Menghitung benda sambil mengurutkan nama bilangan, (2) Membuat korespondensi satu-satu, (3) Menyadari jumlah terakhir yang disebut mewakili total/jumlah benda dalam satu kelompok  
c.    Menghitung maju
Yang dimaksudkan dalam tahapan ini yaitu menghitung dua kelompok benda yang digabungkan dengan cara: 
1.    Menghitung semua, dimulai dari benda pertama sampai benda terakhir
2.    Menghitung melanjutkan
3.    Menghitung benda dengan cara melanjutkan dari jumlah salah satu kelompok.
4.    Hal ini dapat dilakukan bila anak sudah dapat membedakan kelompok yang lebih banyak dan lebih sedikit dengan baik
B.       Hakikat Bermain dan Permainan AUD
1.         Pengertian Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dapat menstimulasi kegiatan dan perkembangan kognitif, psikososial, fisiologis, dan bahasa serta komunikasi.
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995). Tentang bermain, Hurlock (1999) menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan pasif (Hurlock,1999) :
a.       Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang dilakukannya. Misalnya berlari atau membuat sesuatu dari lilin.
b.      Bermain Pasif
Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris. Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi dan menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan terkadang bisa kecewa karena in pasif berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya menikmati temannya bermain, melihat hewan. Bermain jenis ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain aktif.
2.      Manfaat Bermain
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui bermain antara lain (Zaviera, 2008):
a.         Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan – gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat.
b.         Aspek perkembangan motor kasar dan halus, hal ini untuk meningkatkan ketrampilan anak.
c.         Aspek sosial, anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh. Anak belajar menjalin hubungan dengan teman sebaya, belajar berbagi hak, mempertahankan hubungan, perkembangan bahasa, dan bermain peran sosial.
d.        Aspek bahasa, anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk berani bicara. Hal ini penting bagi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan memperluas pergaulannya.
e.         Aspek emosi dan kepribadian. Melalui bermain, anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Dengan bermain berkelompok, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu perbentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri.
f.          Aspek kognisi. Pengetahuan yang didapat akan bertambah luas dan daya nalar juga bertambah luas, dengan mempunyai kreativitas, kemampuan berbahasa, dan peningkatan daya ingat anak.
g.         Aspek ketajaman panca indra. Dengan bermain, anak dapat lebih peka pada hal – hal yang berlangsung dilingkungan sekitarnya.
h.         Aspek perkembangan kreativitas. kegiatan ini menyangkut kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban. Kemampuan divergen ini yang mendasari kemampuan kreativitas seseorang.
i.           Terapi. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengubah emosi negative menjadi positif dan lebih menyenangkan.
3.      Jenis Permainan
Menurut Hetzer dalam Suherman (2000) macam-macam permainan anak dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu:
a.         Permainan fungsi
Permainan dengan menggunakan gerakan-gerakan tubuh atau anggota tubuh.
b.      Permainan konstruktif
Membuat suatu permainan, contohnya membuat kereta.
c.       Permainan reseptif
Sambil mendengarkan cerita atau membaca buku cerita anak berfantasi dan menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya aktif.
d.      Permainan peranan
Dalam permainan ini akan bermain peran, sebagai contoh berperan sebagai guru.
e.       Permainan sukses
Yang diutamakan dalam permainan ini adalah prestasi sehingga diperlukan keberanian
4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permainan Anak
a.         Kesehatan
Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.
b.         Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
c.         Intelegensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar., termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
c.         Jenis kelamin
Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-;aki menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
d.        Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan memfasilitasi anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya (Suherman, 2000).

e.         Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal sepertu bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.
f.          Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih.
g.         Peralatan
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan purapura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang diutamakan dalam permainan ini adalah prestasi sehingga diperlukan keberanian.
5.      Permainan Bola Warna
Penelitian kemampuan berhitung permulaan anak usia dini kelompok A di KB. Pelita Hati peneliti melakukan penelitian pembelajaran berhitungan dengan menggunakan media bola warna-warni. Proses pembelajaran nantinya anak berhitung dengan menggunakan bola yang sudah ada nomor pada setiap bola dengan urutan angka 1-10.
Tahapan dalam pembelajaran berhitung permulaan dengan media bola warna adalah sebagai berikut :
d.        Tahap pertama, anak mengurutkan bola warna berdasarkan bilangan angka 1 - 10
e.         Tahap kedua, anak menjumlah bilangan bola artinya adanya pembelajaran menambahkan angka pada bola satu dengan yang lainnya
f.          Tahapan ketiga, mengelompokkan bola sesuai warna
g.         Tahapan keempat, membilang bola sesuai warna dan jumlah
h.         Tahapan kelima, mengurutkan bola berdasarkan pola warna

C.      Penelitian Yang Relevan
1.    Ratna Widyanti (2014) Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan Tradisional Congklak Pada Anak Kelompok B Di Tk Kridawita Kecamatan Klaten Tengah Semester Ii Ta 2013/2014. Penelitian dilakukan di TK Kridawita Klaten dengan subyek penelitian 11 anak. Hasil dari penelitian penerapan permainan congklak untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak, pra siklus 36%, siklus I 57%, siklus II 82%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak sampai 82%.
2.    Suci Ningsih Wulandari (2015) Tradisional Penggunaan Permainan Pada Kemampuan Berhitung Permulaan Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Beringin Raya Bandarlampung Tahun Ajaran 2014/ 2015. Penulisan ini menggunakansampel jenuh sebanyak 12 orang anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, instrumen penelitian menggunakan lembar observasi atau pedoman observasidalam bentuk lembar ceklis. Teknik analisis data menggunaka uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan nilai Z hitung lebih besar dari Z tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan tradisional berpengaruh terhadap kemampuan berhitung permulaan anak.
D.      Kerangka Berfikir
Gambar 2.1


 















E.       Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah Meningkatnya Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Bola Warna Pada Kelompok KB Pelita Hatu Guyangan Bangsri Jepara Tahun Pelajaran 2018/2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar